Pulang
A ku menatap jam digital di pergelangan tanganku. Detiknya lebih cepat berubah dari biasanya. Commuter line yg kutunggu belum menunjukan tanda-tanda akan melintas, sedangkan ratusan orang sudah berjejer siap untuk memenuhi tiap gerbongnya. Ini bukan kali pertamanya aku turut berebut masuk ke dalam gerbong, kekuatan ibu yg rindu anaknya mampu mendorong paksa siapapun yg jauh lebih besar dari tubuhnya agar cepat sampai ke rumah. Namun kali ini aku merasa jengah dengan kondisi ini, ditambah bunyi telpon siang tadi yang mengabarkan